Akhir pekan.. tumpukan paper laporan profesi
KGD (keperawatan Gawat Darurat) di sudut kamar sudah berhasil saya rampungkan,
setelah ini tinggal kirim softcopy laporan by-email,
teknologi memang mempermudah pengumpulan tugas secara on-time bagi mahasiswa
maupun dosen. Waah enaknya sekedar rebahan meluruskan punggung, sambil
memandangi langit-langit kamar, tanpa sadar pikiran saya melayang jauh, minggu
depan ujian. Stase terberat dalam profesi harus bisa saya lalui, saya berjanji
akan menghadiahi diri sendiri dengan sesuatu yang beda, unik, sebagai ungkapan
rasa syukur yang teramat dalam pada Pencipta saya. Ibarat mendaki gunung, saya
sudah hampir mencapai puncak. Ehh,,naik gunung?ke puncak??tiba-tiba teringat
janji dengan kakak sepupu saya di Jambi tahun lalu, ia mau mengajak saya ke
Kerinci jika saya lulus profesi, gunung berapi tertinggi di Indonesia (bener gak ya?). Pasti luar biasa rasanya
berada di puncaknya dan teriak “ ALHAMDULILLAAAAAH PROFESII LULUUUUUSSSS!!!”
Ini adalah Puncak Pangorango ketika dilihat dari Puncak Gede, How's Wonderful!! ^^ |
“Eka, Sabantara mau ada rencana naik Gunung
Gede tuh tanggal 14 Juli, Rezcky barusan posting di grup, ikut yuuk, kapan lagi!!”
Zuni, teman sekamar saya semangat banget refreshing, dikira naik gunung
refreshing, itu bukannya butuh perjuangan fisik untuk sampai ke puncaknya ya.
Tapi,,”Hayuuuk,,,,aku daftarin yaa,,hehe” Daripada belum jelas kapan bisa ke
Kerinci, saya latihan dulu ah ke Gunung Gede, ^_^’
Dua minggu sebelum keberangkatan, ketua
rombongan kami, Rezcky tegas menyuruh saya dan teman-teman persiapan fisik.
Saya ingat sms-nya: mulai sekarang lo
harus paksain jogging sampe capeek dan lo gak gak kuat lagi untuk lari. Hiyaa,,ketahuan
banget saya gak pernah olahraga, tapi kerjaan perawat di IGD itu gak cukup ya,
ngangkatin orang, Resusitasi lebih dari 5 siklus, naik turun tangga sambil
dorong pasien di tempat tidur. Satu bulan di IGD bikin massa tubuh saya turun
2kg, kerja fisik banget kan. Tapi, saya anggota yang nurut, saya sempatkan bada
subuh lari keliling ui, biar kuat ceritanya, nantinya sih gak tau. Persiapan
perlengkapan pribadi dan kelompok pun beres. Masih ada tuh list-nya: carrier,
matras, sleeping bag, alas kaki, jaket&perlengkapan dingin, kompor,
nasting, senter, raincoat, bahan2 makanan siap saji, tenda, obat-obatan
pribadi. Intinya itu sih, yang lain bisa disesuaikan.
Sebagian bahan makanan yang akan dibawa kemah |
Pasukan pendakian pun siap di Jumat sore, 13
Juli 2012, kira-kira ada 14 orang yang akan berangkat bersama dari terminal
Kampung Rambutan. Kami (Rezcky, Bhe, Zul, Rijal, Firman, Agung, Rakhel, Ais,
Nanda, Rina, Dani, Zuni, Ladys, saya) berangkat bada isya menggunakan bis
seharga Rp. 15000,00 dan naik angkot Rp.3000,00 per orang menuju pos pertama
untuk bermalam sebelum hari sabtu memulai pendakian. Baru di pos pertama,
udaranya terasa dingin banget ya.
Gak ada waktu untuk bincang-bincang tentang penjelasan
trek atau rute, minimal bayangan gimana jalurnya, tanpa brifing, koordinasi
atau penjelasan ulang rundown yang sudah di share di media sosial. Semuanya
langsung istirahat, persiapan keberangkatan esok pagi, jadi sebagai pendaki
pemula, ya saya seperti melakukan blind
journey. Ikut aja deh apa kata ketua. Jangan-jangan semua orang dianggap
sudah mengerti tentang kondisi gunung yang tidak bersahabat, atau yaah namanya
juga mahasiswa plus alumni ui, harus belajar cepet lah yaa, buat apa ada
internet? Browsing dulu dong sebelum berangkat. Buat saya yang tipe belajarnya
praktikal, tetep aja bingung walaupun berkali-kali liat jalur pendakian Gunung
Gede di internet dan khatam hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum mendaki.
Setelah sarapan nasi goreng dengan porsi
berlimpah plus teh hangat, kami berangkaat. Pukul 08.00 tepat, perkiraan 6 jam
mendaki melewati jalur gunung putri untuk menuju Surya Kencana (Sur-ken) yaitu
padang savana dengan hamparan Edelweiss
Sebagian anggota, sebelum berangkat |
Ketua membagi dalam 3 kelompok besar, saya
bersama Ais, Nanda, Firman dan Bhe berada di depan. Kelompok tengah ada Ladys,
Zuni, Dani dan Zul. Sisanya (Rezcky, Rakhel, Rina, Rijal, Agung) di belakang. Katanya jeda waktu pemberangkatan hanya 2-3
menit, nah ini saya gak ngerti kenapa harus ada yang berangkat duluan-belakangan,
komposisi anggota didasarkan yang keliatannya kuat dan lemah kali ya, biar ada
yang menjaga atau nyemangatin. Yang kurang itu, kita gak bikin yel-yel, (loh,
penting apa ya?).
Okey, perjalanan para pendaki 2958 mdpl
dimulai. Bismillah, niat saya murni ya Allah, ingin bersyukur di atas
ketinggian tertentu bumi-MU, maka mudahkanlah. Tidak ada kesombongan, atau niat
yang dapat menjadikan futur. Berulang kali saya meyakinkan hati, saya bukan dengan
sengaja membahayakan diri sendiri dan melakukan hal yang sia-sia, sehingga ketika
nyawa saya harus berakhir di sana, bukan neraka yang saya dapat. (Loh, haha agak
lebay sih). Saya ingat nasihat teman satu ta’lim yang melarang pendakian ini,
katanya lebih banyak mudharatnya. Ahh, untung saya agak lebih sekuler sekarang,
astagfirulloh. Ayoo jalaaan,,udaranya sejuuuk bangeet. Parahnya, belum ada satu
jam perjalanan, bahu saya itu sudah terasa beraat bangeet, perjalanan semakin
lama semakin menanjak. Jangan harap menemukan jalan datar. Kalau bertemu
dataran, waah bonus tuh. Tak terhitung berapa kali saya minta istirahat. Benar-benar
perjuangan, melangkahkan kaki dengan beban tas di punggung, sambil mengatur
napas agar suplai oksigen ke tubuh cukup mengingat kebutuhan oksigen meningkat
drastis, ditambah tenggorokan rasanya haus luar biasa. Selama perjalanan saya
belajar banyak hal seperti sikap sesama pendaki yang ramah dan saling
menyemangati, jika melewati rombongan lain yang sedang istirahat, saya harus
menyapa dan mengatakan “Permisi,..” Waduh, di jalan raya atau gang sekitar
rumah kayaknya sudah hilang kebiasaan sopan seperti itu. Jika ingin berhenti
tanpa duduk, upayakan membungkuk untuk memaksimalkan aliran darah ke
ekstermitas atas, doping gula merah sebagai asupan glukosa sederhana yang mudah
diserap tubuh dan langsung terpakai menjadi tenaga, minum air putih hanya satu
teguk dan dikumur terlebih dahulu agar tubuh adaptasi dengan kebutuhan cairan
yang minim.
Kelompok depan akhirnya tinggal saya, Ais dan
Firman, karena Nanda harus berpindah ke kelompok belakang. Sementara di pos
ketiga Zul, Zuni, dan Dani berhasil menyusul saya. Benar-benar enam jam yang
melelahkan, baru jalan 5 menit saya minta istirahat 10 menit. Waduh, kalau ingat
perjalanannya mungkin saya menyerah, tapi saya tidak punya pilihan lain. Saya
harus memaksakan kaki melangkah ke depan, atau tertinggal di sana, nyusahin
orang. Mau balik mundur juga sudah terlalu jauh.
tim pemandu sorak saya,, sabar nungguin saya jalan |
saat pendakian gunung putri |
Perjalanan terus berlanjut, sebenarnya kalau
menikmati, kanan-kiri hutan dan pohon-pohon tinggi itu bagus loh. Setelah
melihat hamparan Taman Edelweiss itu, Subhanallah, rasanya luar biasa. Saya
tidak menyangka bisa sampai juga ke sana. Ayo pandu positif untuk seluruh pendaki 2958 mdpl, plok plok plok..
Kalian memang Hebat.. ^^
hamparan taman edelweiss ^^ |
Sayang edelweisnya belum "Bersemi" tapi tetap cantik ko |
Saatnya istirahat, menggelar tenda, masak dan
dinamika kelompok. Biasalah kalau ada kesenangan maupun keributan kecil, yang
kelelahan atau teman yang staminanya masih oke. Bahkan saya salut ada anggota yang
terpaksa membawa dua carrier, haha. Yang saya ingat, malamnya saya langsung
mandi counterpain. Susah menemukan
air, hanya ada satu sumber air di Sur-Ken, itu pun harus mengantri dengan banyak
pendaki lain. Kami membawa dua tenda untuk perempuan dan satu tenda untuk
laki-laki. Bayangkan dalam tenda sekecil itu kami harus berbagi tempat, seru
lah kalau diingat. Surya Kencana itu
taman Edelweiss yang luas, angin yang kencang dan kalau malam kita bisa melihat
lautan bintang terhampar luas. Cantik dan Romantis deh.. Sur-Ken itu pos
terakhir kami menuju Puncak Gunung Gede. Jadi esok paginya, kami akan
melanjutkan perjalanan sekitar 30-45 menit dengan trek yang lebih luar biasa
dari jalur Gunung Putri.
Minggu pagi, subuh, gak ada adzan juga,
anggota kelompok laki-laki itu rajin sudah masak makanan untuk seluruh anggota.
Bener gak sih anak perempuannya lebih mager
dibanding mereka? Haha, yang jelas saya gak dilibatkan untuk masak. Jadi ya
terima ajalah. Sekitar pukul 07.30, kami siap packing lagi dan berangkat menuju
2958 mdpl. Oke, kembali luruskan niat, saya sudah setengah perjalanan, sekarang
saya hanya ingin segera sampai di puncak dan meneriakkan kalimat syukur itu.
Bismillah, berangkat!!! Dan ternyata ada teman saya satu lagi menyusul, Zaim
namanya. Kami bertemu di Sur-Ken.
(Dari kiri ke kanan: Rijal, Nanda, Rina, saya, Zuni, Zaim, Rakhel, Ladys, Ais, Dani, Firman, Rezcky, Agung, Zul, Bhe) |
Perjalanan ke puncak memang luar biasa, harus
berusaha keras mengatur napas. Formasi kelompok pun berubah, yang kemarin di
depan jadi harus di belakang. Ah, tapi saya tetap maksa di urutan depan.
Daripada tiba-tiba nge-drop. Egois banget..
Setelah perjalanan melelahkan selama kurang
lebih 1 jam, saya sampai juga di PUNCAK GUNUNG GEDE...!!! Alhamdulillah, terima
kasih ya Allah, Tuhan Semesta Alam, ternyata kalau ada niat, bisa juga naik
gunung,,hehe Congratulationz.....
Waktunya foto, loh? Untuk dokumentasi dan
rencana saya untuk teriak,,,haha.
Ketua pasukan, menikmati kesegaran air setelah lelah memimpin perjalanan..^^ |
Foto dulu di tanda 2958 Mdpl |
Tdk melewatkn kesempatan untuk Gaya |
Setelah puas foto, istirahat, waktunya kembali
ke rumah. Katanya yang paling penting bagi seorang pendaki bukanlah saat berada
di puncak, tetapi bagaimana ia bisa kembali turun dengan selamat. Waduh, Padahal saya merasa perjalanan pulang akan jauh
lebih menguras tenaga, sementara tenaga ini tinggal sisa-sisa, karena sudah
habis diperas untuk perjalanan naik. Delapan jam jalan kaki, itu kayak apa
rasanya? Tapi teringat indahnya kasur di
kosan, pesan orang tua untuk segera kembali, wajah Adit yang lucu dan
menggemaskan itu menjadi penyemagat saya untuk terus melangkahkan kaki
menyusuri jalur Cibodas, pulang!!!. Bismillah
Kawah di antara Gede-Pangrango, tempat saya teriak,,hehe |
Jalanan puncak yang berpasir |
Alhamdulillah,saat perjalanan turun, saya dan
teman seperjuangan saya sejak zaman akademik-profesi alias Zuni sudah
merealisasikan rencana kita, teriak bersama dari atas. Semoga setelah ini, kami
menemukan jalan terbaik menuju kehidupan kami masing-masing. Amin
Bener kan, perjalanan turun itu lamaa, walau
sudah tidak seberat di awal, tapi mengatur langkah di tanah dengan kemiringan
tertentu itu sesuatu. Perlu strategi, hehe. Kondisi badan saya sudah tidak
se-fit sebelumnya, air mentah itu mempengaruhi lambung saya, campur aduk
rasanya. Saya juga harus melewati turunan setan yang hanya bergantung pada
tali. Luar biasa pengalamannya.
Bhe bersiap melalui turunan setan |
Nanda konsentrasi penuh melewati turunan setan |
Kami terus berjalan turun menyusuri jalur
pendakian Cibodas. Kali ini tidak ada formasi, semua dilakukan bersama, satu
ingin istirahat, semua harus istirahat. Padahal langit sudah mulai gelap dan
gak semua anggota bawa senter. Bismillah semoga kami semua selamat sampai pos
terakhir, saya yakin kalau jalur itu dilewati siang hari pasti bagus, ada air
terjun Cibeureum, air panas dan pemandangan hijau menyejukkan mata.
Istirahat satu, istirahat semua,, |
Alhamdulillah dari puncak sekitar jam 1
siang, kami sampai di pos terakhir jam 9 malam. Berlanjut perjalanan ke Depok,
waah pengalaman 2 hari 2 malam yang luar biasa. Semoga ada kesempatan untuk
kembali ke sana. Aminn
Cheers_ Ns. Eka_ ^_^
alur ceritanya udah bagus, cuma kurang ada efek2 kejadian2 lucunya yang belum diceritain... contohnya penjelasan mimik muka ketika sedang istirahat kecapean, dll hehehehe terus konflik ketika udah diatas, sama masakannya rasa, bentuk, banyaknya :D harusnya diceritain :p over all mantep.. gw belum tentu bisa nulis begituan hehehe
ReplyDeleteoh iya,,bener juga, berarti harus lebih ekspresif lagi ya,,hehe makasih atas sarannya..
ReplyDeletelain kali mudah-mudahan bisa diperbaiki detailnya,,hehe