Tuesday, July 12, 2011

Bersyukurnya dapat Beasiswa

Bersyukurnya dapat beasiswa KSE ^_^

Week-end ini (9 Juli 2011), saya kebetulan mendapat tugas untuk mengatur pelaksanaan teknis dari wawancara calon penerima beasiswa KSE UI dengan pihak yayasan. Saya bertugas di meja registrasi mengurus mahasiswa FKG DAN FMIPA. Alhamdulillah untuk seleksi tahun ini saya lolos tanpa interview dengan pihak yayasan. Syukur yang teramat dalam pada Allah SWT, saya baru satu  tahun mendapatkan beasiswa KSE, tepatnya pada tahun 2010 lalu, seluruh seleksi dari pihak paguyuban sampai yayasan berlangsung sebelum pelaksanaan k2n, ketika saya sedang berada di Rote, saya mendapat pengumuman kelolosan tersebut dari seorang sahabat, dia tetap berusaha menelepon saya walau kondisi sinyal di perbatasan sangatlah terbatas. Apalagi sahabat saya ternyata tidak lolos.

Terkadang hati cukup miris melihat mahasiswa lain yang tidak lolos seleksi beasiswa. Sebenarnya sampai saat ini saya belum dapat menganalisis kriteria penyeleksian seluruh beasiswa terutama beasiswa KSE. Sehingga saya selalu berkesimpulan faktor Lucky memang sangat berpengaruh, makanya setiap kali berdoa, saya selalu meminta keberuntungan pada NYA. Manusia secerdas apapun, sekeras apapun usaha yang dilakukan tetap saja keberuntungan menjadi faktor penentu, tapi bukan berarti tidak berusaha loh. Saya ingat tahun 2009 ketika pertama kali apply beasiswa KSE, saya sangat sedih tidak melihat nama saya di daftar peserta yang ada. Entah berapa lama saya denial, padahal pada tahun tersebut kondisi finansial kedua orang tua saya mengalami ketidakstabilan. Tapi toh semua ada jalannya.
Selama setahun ini 2010-2011, saya memang menikmati bantuan yang diberikan pihak kse, beasiswa tersebut menjadi sebuah jalan yang cerah untuk kelangsungan kuliah saya.
Saat apply di tahun 2010, saya memulai Proses seleksi dengan pengumpulan berkas dengan berbagai macam syarat mulai dari sktm, surat rekomendasi PA dll, lalu dilanjutkan dengan wawancara dengan pihak paguyuban kse di perpustakaan FE, nah pada waktu itu pihak paguyuban kse memang belum memiliki wewenang untuk menyeleksi calon penerima beasiswa, sehingga pada tahap ini, seluruhnya dapat dikatakan lolos.
Setelah itu saya melanjutkan wawancara dengan pihak yayasan kse di gedung tritura feui lagi. Wah, suasananya memang riuh sekali, saya mendapat urutan terakhir pula, saya ingat pertanyaan paling menentukan yaitu "seberapa penting sih beasiswa kse ini untuk kamu eka?"
Jujur saya bingung dengan jawaban yang harus saya berikan, karena saya tidak tahu jawaban apa yang diharapkan pak Tatan keluar dari lisan saya. Saya tidak terlalu suka mengungkapkan kondisi ekonomi keluarga saya, karena bagi saya ujian untuk menjadi mahasiswa cerdas bukan hanya berbentuk soal saat uts dan uas, tapi bagaimana bisa membiayai aktivitas perkuliahan dengan seluruh anggota tubuh yang sudah dititipkan oleh Allah swt. Kondisi finansial terbatas bukan suatu halangan untuk dapat sukses di bangku kuliah. Saya lupa bagaimana saya merangkai kata-kata tersebut menjadi kalimat di hadapan pak Tatan. Tidak boleh memelas tapi juga tidak angkuh.

Senangnya setelah itu saya memperoleh banyak kenalan, berbagi cerita dengan teman-teman dari fakultas lain, bersama-sama mengadakan kegiatan. Saya masih memiliki satu tahun ke depan untuk bisa bercengkrama lagi dengan mereka. Walaupun saya terlibat kegiatan profesi yang mahapadat itu, saya akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk paguyuban kse. Karena paguyuban kse adalah sebuah tempat yang sangat nyaman untuk saya singgahi, mereka sudah seperti keluarga. Terima kasih

Paviliun Maria

08 Juli 2011

Paviliun Maria

beberapa hari yang lalu saya ke sekertariat KSE untuk mengikuti rapat bakti sosial yang akan diadakan oleh paguyuban KSE sebagai proker akhir kepengurusan. Sekertariat itu memang bukan hanya tempat berkumpul, tetapi semacam rumah pintar (rupin) yang juga memiliki berbagai macam buku bacaan (kayak rumah baca saat k2n deh ^^). Selesai rapat saya langsung tertarik dengan buku-buku berlabel novel, mumpung libur, waktu luang cukup banyak untuk membaca komik atau novel,,hehe...saya mengambil beberapa buah novel dengan syarat izin ke salah satu pengurus paguyuban, namanya R,, sebagai mahasiswa JIP, dia memang benar2 pustakawan sejati, buku di sekre hilang satu langsung ketahuan.

Yaah, sebenarnya yang ingin saya ceritakan adalah kisah dramatis yang terdapat dalam salah satu novel yang saya pinjam tanpa izin itu.  Novel itu ditulis oleh V.Lestari berjudul Paviliun Maria, menceritakan kisah tentang Asih, gadis yang berprofesi sebagai perawat dan bekerja di Paviliun Maria sebuah rumah sakit.

Asih seorang perawat senior yang telah bekerja selama 4 tahun di paviliun tersebut, seorang gadis yang frigid, dingin terhadap laki-laki, misterius tetapi sangat baik dan ramah dengan semua orang, seluruh pasien, dokter, suster kepala maupun juniornya. Tutur katanya halus, sopan,lugu, cenderung pendiam, ia tidak spesial, berhubungan dengan orang lain sangat superfisial, ia tidak pernah melibatkan diri secara jauh dengan urusan orang lain, orang lain pun tidak mengetahui tentang dirinya sama sekali, sangat introvert. Sekilas saya merasa sosok Asih sangat mirip dengan saya, bedanya Asih digambarkan sangat cantik, kalau saya?? *tau sendiri lah

Konflik bermula dari banyaknya pasien yang menyukai suster Asih, karena ia seorang perawat yang cantik, muda, gesit, terlihat profesional dan ramah tetapi sulit didekati oleh laki-laki sehingga banyak pasien laki-laki yang mencoba untuk mendekati Asih. Termasuk tiga orang yang akan terus terlibat dalam cerita ini, seorang pasien operasi apendisitis bernama Ridwan, lalu Rio yang mendapat tumor di kepalanya dan Karno penderita kanker abdomen (entah tepatnya di organ mana tidak diceritakan). Seorang dokter ahli bedah bernama dr.Seno yang sering menangani kasus-kasus di paviliun tersebut

Ridwan jatuh cinta sejak pertama melihat Asih, padahal ia sudah memiliki kekasih bernama Irene yang karakternya berbeda 180 derajat dengan Asih. Irene adalah seorang model yang dituntut untuk selalu tampil modis, supel, lebih terbuka dan cenderung agresif, tetapi sulit bagi Ridwan untuk memutuskan hubungannya dengan Irene karena Irene telah hamil olehnya sementara Ridwan tidak mau bertanggung jawab, malang nasib Irene, ia harus meninggal akibat kecelakaan lalu lintas setelah menjenguk Ridwan dari rumah sakit. Saat mendengar kabar kemalangan kekasihnya tersebut, Ridwan justru merasa lega dan tidak menampakkan kesedihan sama sekali. Ketika keluarga Irene mendatangi rumah sakit untuk memberi kabar tentang kematian Irene, baru Ridwan berpura-pura sedih. Seluruh Kepura-puraan tersebut diketahui oleh Karno yang merupakan teman sekamar Ridwan.
Karno sebenarnya tak ingin ikut campur dengan urusan Ridwan, karena ia memiliki masalah sendiri, selama sehat ia banyak melakukan kesalahan terhadap istrinya, ia memperlakukan istrinya sesuai keinginan sendiri, ia pergi dengan banyak wanita lain meninggalkan tanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah. Namun kini melalui penyakitnya yang parah, ia ingin memperbaiki perilakunya, pada dasarnya Karno sangat menyayangi istrinya, sehingga ia bertekad untuk mengubah diri dan membayar kesalahannya di masa lalu, namun sayang, justru Karno semakin terguncang jiwanya, karena melihat penghianatan yang dilakukan istrinya. Ia mengatakan ingin bunuh diri pada suster Asih dan suster Asih mencoba untuk menenangkan Karno dengan merangkul lengan Karno. Keesokaan paginya, suster Asih sangat terkejut melihat Karno melaksanakan niatnya.  Asih sangat merasa bersalah karena tak dapat memenuhi janjinya untuk menemui Karno pada malam sebelum ia mengakhiri hidupnya. Rasa bersalah itu terus menyerang hati Asih, hingga ia konsultasikan masalah tersebut pada dr.Seno dan dengan mudah dr.Seno menenangkan hati Asih.
Perjuangan para pasien laki-laki muda untuk merebut hati Asih terus berlanjut, dan yang beruntung menjadi pemenangnya adalah Rio, seorang pemuda gagah yang menderita Tumor ganas dengan usia harapan hidup yang tidak lama lagi. Yang mengagetkan ternyata bukan penyakit yang mengakhiri hidup Rio, justru pisau penodong yang menancap di jantungnya saat ia sedang pergi bersama Asih yang membuat nyawanya melayang.
Kisah Asih terus berlanjut walaupun Rio telah tiada, Asih mencoba lebih membuka diri terhadap orang lain, toh ternyata anggapan orang selama ini tentang dirinya yang frigid sama sekali tidak benar, ia seorang perempuan normal yang bisa mencintai Rio seutuhnya, Setelah Rio meninggal dan Dibantu oleh dr.Seno, Asih memulai petualangan cintanya bersama Ridwan untuk mengungkap berbagai misteri yang ada.
Novel ini mengungkap fakta menarik tentang hal-hal yang membuat wanita terlihat misterius, bagaimana pemikiran wanita, perasaannya yang halus. Terlihat pula kesetiaan dan kesederhanaan menjadi hal terpenting bagi wanita.

Sekilas saya buat resensinya seperti itu, kalau saya paparkan kelanjutan ceritanya, kemungkinan tidak seru. Lain kali saya akan membuat resensi buku yang lebih berbobot. Semoga... ^_^  

Friday, July 1, 2011

mahasiswa tingkat akhir

memasuki jenjang profesi sebenarnya adalah hal yang menyenangkan bagi mahasiswa keperawatan. termasuk aku...masa akademis sudah habis,,tinggal mempersiapkan diri, mematangkan kembali ilmu yang sudah diperoleh di kelas untuk diaplikasikan secara klinis,,
tapi ada beberapa hal yang kini membuatku berpikir ulang apakah aku mampu melewati satu tahn profesi dengan lancar?
pertama tentu masalah passion...aku berpikir ulang tentang cita-citaku, tentang masa depanku, apakah memang menjadi perawat adalah pilihanku, seandainya aku memang tidak mau bekerja di rumah sakit seperti perawat pada umumnya untuk apa menghabiskan waktu satu tahun kuliah,,lebih baik segera cari pekerjaan yang cocok,,
kedua, masalah biaya,,waduh jangan ditanya kenapa biaya profesi mengalami kenaikan hingga 100 persen,, mati ibu bapakku bayar pakai apa?? biaya profesi kalau ditotal kayaknya mencapai 16 juta rupiah, memang sih yang harus dibayarkan ke pihak fakultas hanya 9 juta (hanya???),,yah 3 juta bop selama 2 semester dan 3 juta uang pangkal. tapi biaya sewa lahan praktik itu looh,,,kenapa yaa gak ada kerja sama antara pihak ui dengan rumah sakit untuk menekan biaya praktik
ketiga, sebenarnya ini masalah mental yang sehausnya udah disiapkan sejak semester awal masuk di fik, karna jujur aja selama 4 tahun kuliah di keperawatan aku belum terbayangkan suasana di rumah sakit, lalu tantangan apa saja yang harus dihadapi secara lengkap, dapet ceritanya cuma sepotong-sepotong, itupun dari kakak kelas atau dosen di kelas yang jadwal pertemuannya sangat sedikit,,,mungkin solusinya setiap libur pergantian semester ada sistem magang di rumah sakit bagi mahasiswa supaya sedikit2 terpapar lingkungan rumah sakit ^_^

yah ada banyak lagi kemungkinan yang lain,,tapi secara garis besar hak-hak tersebut membuatku maju-mundur untuk melanjutkan ke jenjang profesi tapi tetap saja profesi keperawatan harus maju... HIDUP PERAWAT INDONESIS !!!