08 Juli 2011
Paviliun Maria
beberapa hari yang lalu saya ke sekertariat KSE untuk mengikuti rapat bakti sosial yang akan diadakan oleh paguyuban KSE sebagai proker akhir kepengurusan. Sekertariat itu memang bukan hanya tempat berkumpul, tetapi semacam rumah pintar (rupin) yang juga memiliki berbagai macam buku bacaan (kayak rumah baca saat k2n deh ^^). Selesai rapat saya langsung tertarik dengan buku-buku berlabel novel, mumpung libur, waktu luang cukup banyak untuk membaca komik atau novel,,hehe...saya mengambil beberapa buah novel dengan syarat izin ke salah satu pengurus paguyuban, namanya R,, sebagai mahasiswa JIP, dia memang benar2 pustakawan sejati, buku di sekre hilang satu langsung ketahuan.
Yaah, sebenarnya yang ingin saya ceritakan adalah kisah dramatis yang terdapat dalam salah satu novel yang saya pinjam tanpa izin itu. Novel itu ditulis oleh V.Lestari berjudul Paviliun Maria, menceritakan kisah tentang Asih, gadis yang berprofesi sebagai perawat dan bekerja di Paviliun Maria sebuah rumah sakit.
Asih seorang perawat senior yang telah bekerja selama 4 tahun di paviliun tersebut, seorang gadis yang frigid, dingin terhadap laki-laki, misterius tetapi sangat baik dan ramah dengan semua orang, seluruh pasien, dokter, suster kepala maupun juniornya. Tutur katanya halus, sopan,lugu, cenderung pendiam, ia tidak spesial, berhubungan dengan orang lain sangat superfisial, ia tidak pernah melibatkan diri secara jauh dengan urusan orang lain, orang lain pun tidak mengetahui tentang dirinya sama sekali, sangat introvert. Sekilas saya merasa sosok Asih sangat mirip dengan saya, bedanya Asih digambarkan sangat cantik, kalau saya?? *tau sendiri lah
Konflik bermula dari banyaknya pasien yang menyukai suster Asih, karena ia seorang perawat yang cantik, muda, gesit, terlihat profesional dan ramah tetapi sulit didekati oleh laki-laki sehingga banyak pasien laki-laki yang mencoba untuk mendekati Asih. Termasuk tiga orang yang akan terus terlibat dalam cerita ini, seorang pasien operasi apendisitis bernama Ridwan, lalu Rio yang mendapat tumor di kepalanya dan Karno penderita kanker abdomen (entah tepatnya di organ mana tidak diceritakan). Seorang dokter ahli bedah bernama dr.Seno yang sering menangani kasus-kasus di paviliun tersebut
Ridwan jatuh cinta sejak pertama melihat Asih, padahal ia sudah memiliki kekasih bernama Irene yang karakternya berbeda 180 derajat dengan Asih. Irene adalah seorang model yang dituntut untuk selalu tampil modis, supel, lebih terbuka dan cenderung agresif, tetapi sulit bagi Ridwan untuk memutuskan hubungannya dengan Irene karena Irene telah hamil olehnya sementara Ridwan tidak mau bertanggung jawab, malang nasib Irene, ia harus meninggal akibat kecelakaan lalu lintas setelah menjenguk Ridwan dari rumah sakit. Saat mendengar kabar kemalangan kekasihnya tersebut, Ridwan justru merasa lega dan tidak menampakkan kesedihan sama sekali. Ketika keluarga Irene mendatangi rumah sakit untuk memberi kabar tentang kematian Irene, baru Ridwan berpura-pura sedih. Seluruh Kepura-puraan tersebut diketahui oleh Karno yang merupakan teman sekamar Ridwan.
Karno sebenarnya tak ingin ikut campur dengan urusan Ridwan, karena ia memiliki masalah sendiri, selama sehat ia banyak melakukan kesalahan terhadap istrinya, ia memperlakukan istrinya sesuai keinginan sendiri, ia pergi dengan banyak wanita lain meninggalkan tanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah. Namun kini melalui penyakitnya yang parah, ia ingin memperbaiki perilakunya, pada dasarnya Karno sangat menyayangi istrinya, sehingga ia bertekad untuk mengubah diri dan membayar kesalahannya di masa lalu, namun sayang, justru Karno semakin terguncang jiwanya, karena melihat penghianatan yang dilakukan istrinya. Ia mengatakan ingin bunuh diri pada suster Asih dan suster Asih mencoba untuk menenangkan Karno dengan merangkul lengan Karno. Keesokaan paginya, suster Asih sangat terkejut melihat Karno melaksanakan niatnya. Asih sangat merasa bersalah karena tak dapat memenuhi janjinya untuk menemui Karno pada malam sebelum ia mengakhiri hidupnya. Rasa bersalah itu terus menyerang hati Asih, hingga ia konsultasikan masalah tersebut pada dr.Seno dan dengan mudah dr.Seno menenangkan hati Asih.
Perjuangan para pasien laki-laki muda untuk merebut hati Asih terus berlanjut, dan yang beruntung menjadi pemenangnya adalah Rio, seorang pemuda gagah yang menderita Tumor ganas dengan usia harapan hidup yang tidak lama lagi. Yang mengagetkan ternyata bukan penyakit yang mengakhiri hidup Rio, justru pisau penodong yang menancap di jantungnya saat ia sedang pergi bersama Asih yang membuat nyawanya melayang.
Kisah Asih terus berlanjut walaupun Rio telah tiada, Asih mencoba lebih membuka diri terhadap orang lain, toh ternyata anggapan orang selama ini tentang dirinya yang frigid sama sekali tidak benar, ia seorang perempuan normal yang bisa mencintai Rio seutuhnya, Setelah Rio meninggal dan Dibantu oleh dr.Seno, Asih memulai petualangan cintanya bersama Ridwan untuk mengungkap berbagai misteri yang ada.
Novel ini mengungkap fakta menarik tentang hal-hal yang membuat wanita terlihat misterius, bagaimana pemikiran wanita, perasaannya yang halus. Terlihat pula kesetiaan dan kesederhanaan menjadi hal terpenting bagi wanita.
Sekilas saya buat resensinya seperti itu, kalau saya paparkan kelanjutan ceritanya, kemungkinan tidak seru. Lain kali saya akan membuat resensi buku yang lebih berbobot. Semoga... ^_^
No comments:
Post a Comment