Sulitnya menjadi si Introvert
A:"Bu, kenapa jam segini baru datang?jadi gak ikut brifing pagi dong, nanti gak tau informasi apa-apa lagi. "
S: " Iya, mohon maaf pak, tadi saya ada keperluan terlebih dahulu, nanti informasi penting akan saya tanya ke teman yang ikut brifing pagi."
A: "saya saranin datengnya lebih pagi bu, biar tau informasi"
S hanya menelan ludah mendapatkan teguran itu pagi-pagi. Sungguh itu telah merusak mood-nya yang susah payah disusunnya sebelum berangkat kerja. Pasalnya B baru mendapat masalah serupa di kosannya, ia ditegur oleh induk semangnya karena membawa teman menginap tanpa izin terlebih dahulu dan proses interogasinya menyebabkan ia harus terlambat ke tempat kerja.
Huwaah rasanya S memang ingin menumpahkan seluruh emosinya dengan marah-marah, membanting sesuatu atau sekadar teriak. Tapi ia memilih diam, menyimpan emosinya jauh di lubuk hati. Ia tidak terbiasa menyalurkan emosinya, terlebih emosi negatif.
Ia hanya mencoba menarik napas dalam-dalam, berusaha keras melupakan 2 kejadian pagi ini dan berkonsentrasi pada pekerjaannya, tapi tanpa ia sadari air mukanya tidak mampu dibohongi, ternyata sepanjang hari ia bermuka masam. Jika ditanya oleh orang lain, ia cuma menggeleng berkata tidak ada apa-apa.
Lain waktu S mendapat kejutan istimewa dari teman teman terbaiknya, pasalnya, hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 21. Tidak seperti tahun sebelumnya, kali ini teman-teman S memberi hadiah yang beda. Seperangkat alat kosmetik, S memang jarang sekali memoles wajahnya agar terlihat lebih berwarna, minimal tidak tampak pucat, tapi sudah lama ia menginginkan benda-benda tersebut, dan kini ia mendapatkannya dari teman-teman terbaiknya. Ingin ia memeluk mereka satu persatu, tapi ia sadar, ia tidak pernah menampilkan hal-hal berlebihan. Jadi S hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih dan menyalami mereka satu persatu. Padahal, sinar mata S terlihat lebih berbinar, senyum terus tersungging di bibir S, walaupun hal itu tidak pernah disadari siapapun.
Datar, kaku, gak ekspresif, penuh kepura puraan..loh? ^^ kurang lebih seperti itu sifat seorang introvert, menurut pemahaman saya sih. Orang-orang tersebut menganggap orang lain tidak perlu mengetahui hal apa yang sebenarnya sedang ia rasakan. Itu adalah urusan pribadi.
Awalnya saya merasa aman memiliki sifat seperti itu, saya tidak terbiasa cerita tentang hal-hal yang saya alami, baik hal-hal sederhana sampai hal yang kompleks. Saya tidak suka orang mengomentari diri saya. Saya tidak memerlukan pendapat mereka dan semua masalah yang terjadi mampu saya atasi sendiri.
Kalau memang dada sudah terlalu sesak dengan hal-hal menyakitkan, saya lebih menyukai mengambil pena dan secarik kertas. Sayang paduan kalimat-kalimat itu tidak menjadi barisan puisi cantik, rupanya saya tidak berbakat menjadi penulis. :(
Semakin malas deh menulis
Sampai usia saya 19 tahun, saya masih merasa aman dengan sifat tersebut. Saya menjadi lebih pendiam kalau ada masalah dan lebih banyak bercerita kalau hati saya sedang senang. Tapi lama kelamaan, saya berpikir, sepertinya saya harus lebih terbuka, belajar menyampaikan apa yang saya rasakan. Kalau saya tidak suka dengan sesuatu, segera katakan, jangan dipendam, karena hal itu bisa menjadi petunjuk untuk orang lain agar mengerti tentang diri saya, pemikiran ataupun ide-ide yang saya miliki.
Hampir dua tahun saya berusaha mengikiskan sedikit demi sedikit introvert yang saya punya, lebih terbuka dan tidak pasif saat berteman. Memang sulit luar biasa, saya berusaha keras meminimalkan introvert saya yang saya sadari telah menjadi karakter dasar saya. Perlu waktu agak lama untuk mengubahnya, tapi saya yakin bisa. Terkadang cukup tersiksa memendam sesuatu sendirian, padahal fitrahnya manusia adalah sebagai makhluk sosial. Saya butuh bersosialisasi, saya ingin punya banyak teman yang bukan sekadar saya kenal, tapi saya mengerti kelebihan dan kekurangan mereka, menikmati kebersamaan dengan mereka dan mereka mendapatkan manfaat dari berteman dengan saya. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain??
Saya tidak tahu tips menjadi seorang yang lebih ekstrovert, tapi jika perasaan introvert itu memenuhi diri dan pikiran, saat saya dilanda perasaan ingin mengisolasi diri dari dunia luar, saat saya tiba-tiba membatalkan janji tanpa alasan syar'i, padahal sebenarnya saya tidak bisa menjelaskan alasan vital kepada orang yang saya janjikan, karena memang saya tidak bisa menjelaskan. Saya berusaha untuk mengubah diri
1. Berusaha bertanya dengan teman yang dapat dipercaya tentang solusi masalah yang saya hadapi, tetapi seolah-olah itu adalah masalah orang lain. Jadi berceritalah pokok permasalahannya bukan fokus ke orangnya
2. menulis menulis menulis...apapun yang ada di pikiran tulis saja, gak usah terikat dengan aturan EYD, tata bahasa, yang penting kita lega. Bahkan sekarang saya mentargetkan one day one letter untuk membiasakan saya mengungkapkan sesuatu
^_^
No comments:
Post a Comment