Heyho..:))
Rasanya lama gak nge-post,,^_^
Masih bahas tentang kuliah profesi saya yang tersisa 4 bulan lagi,,whatts??? 4 bulan lagi..??gak kerasaa,,,rasanya kemarin saya masih galau-galau antara melanjutkan jadi perawat atau mencari cita-cita yang lain,,eh Sekarang saya udah masuk stase keperawatan jiwa loh,,baru minggu pertama,,sekarang masuk minggu kedua, karna praktiknya dari tanggal 5-31 Maret 2012. Saya kebagian di rumah sakit Marzuki Mahdi (RSMM) Bogor, bayangkan...setiap hari saya harus ready @ 05.30 a.m di stasiun pocin.
Saya merasa seperti kehabisan waktu, bayangkan tugas laporan itu dalam sehari bisa 5 laporan. ADL, Resume, Caper kelolaan, SP, LP belum TAK pribadi plus case conference, hiyaa..setiap hari full pressure. Rasanya minggu kemarin setiap hari pingin nangis mikirin tugas, depok-bogor itu jauuh, ongkosnya mahal, sebab kalau saya gak kebagian krl ekonomi saya harus naik CL dan ituu bener2 bikin kantong saya bolong. Kompensasinya saya makan hanya satu kali sehari (haha,,curcol, tapi BB saya gak turun2 ya).
Tapi, selayaknya manusia sebagai makhluk adaptif, sekarang saya really enjoy it. Saya mencoba memahami setiap perasaan para pasien saya dan keluarganya. Mendapatkan stigma negatif dari keluarga dan lingkungan rumahnya tentang kondisi kejiwaan adalah hal terberat yang dialami setiap manusia. Apalagi saya kebagian di ruang Yudhistira, ruang perawatan terakhir para bapak, mas-mas dan laki-laki hebat itu mendapat pemulihan jiwa sebelum dinyatakan benar-benar tenang dan diperbolehkan pulang ke rumah. Miris mendengar cerita-cerita sukses mereka sebelum masuk rumah sakit. Hanya karena sebuah peristiwa yang tidak mampu dihadapi diri mereka, mereka harus mengalami guncangan jiwa, timbul tanda dan gejala yang sulit diterima akal sehat, mereka dimaklumi sekaligus dicemooh dan masyarakat sekitar rumah mereka menempatkan posisi yang paling cocok adalah perawatan di rumah sakit jiwa.
Ada 7 diagnosa yang menjadi fokus terapi generalis seorang ners, yaitu halusinasi, risiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, risiko bunuh diri, waham, dan defisit perawatan diri. Kseluruhan diagnosa itu harus dikuasai oleh calon-calon ners, bagaimana faktor predisposisi, presipitasi, pohon masalah hingga memunculkan tanda dan gejala spesifik sampai strategi pelaksanaan dari tiap pertemuan untuk terapinya.
Awal orientasi ke ruangan, saya merasa agak ansietas, wajarlah...^_^
Bayangkan saya didekati pak Iswan yang asalnya dari Ternate, kumisnya bikin serem, orangnya tinggi besar dan dia minta saya menghubungi keluarganya, saya tahu rasanya berpisah dengan keluarga dalam waktu lama. Tapi saya tidak bisa memfasilitasi pertemuan mereka, karena ada larangan dari pihak perawat ruangan. Semua urusan eksternal termasuk menghubungi keluarga mempunyai prosedur tersendiri dan sudah diurus oleh bagian kehumasan. Sekarang, saya bahkan bisa bercanda dengan pasien-pasien tersebut.
Menyenangkaaan.....sekaligus bisa menjadi pelajaran bagi saya pribadi, tidak baik menyimpan pikiran-pikiran negatif. Lebih baik mencoba asertif. Ketika merasa menyukai sesuatu, sampaikan saja dengan baik, begitu juga sebaliknya kalau merasa tidak menyukai sesuatu terutama dari pribadi orang lain, katakan saja dengan baik-baik. Jangan pernah dipendam sendiri, orang lain gak akan ngerti kalo kita gak ngomong.
Oh iya, ada satu pasien bernama pak S, yang sangat-sangat pasif, beneran pasif, seluruh perawat yang berinteraksi dengan pak S merasakan hal yang sama. Afek datar, kontak mata bener-bener minus, dituntun kemanapun mau, akhirnya indikasi untuk ECT. Tau apa itu ECT? saya juga baru pertama kali lihat, jadi bagian kepala di temporalnya, di tempelkan sebuah alat yang mengalirkan listrik sejumlah volt tertentu untuk mengaktifkan kembali sinaps-sinaps saraf dalam otak agar kembali bekerja sesuai fungsinya. Istilahnya mah disetrum gitu, efeknya kejang, langsung di RJP, recovery position dan lakukan 3-6 kali ECT sampai ada perubahan.
Terakhir, belajar menyehatkan jiwa dengan selalu memberi nutrisi yang cukup untuk ruhani, think positive, menundukkan hati di hadapan pencipta jiwa, mohon perlindungan dan jauhi suudzon. Memang, Rasullullah itu belum pernah salah, jika qalbu itu baik, maka akan baiklah seluruh jasmani dan diri, tetapi jika Qalbu itu rusak, rusak sudah seluruh tubuh.
Okeey..lain kali sambung deh,,
Proud to be Nurse..^_^
cheers Eka_echizen
No comments:
Post a Comment